Tuliskankarangan cita citaku menjadi guru. Guru juga harus menjadi model . Cita cita masa depan saya adalah . Contoh karangan cita cita menjadi guru. Kebanyakan remaja lepasan sijil pelajaran malaysia mengimpikan . Ada yang ingin menjadi doktor peguam guru dan sebagainya. Mengajar adalah salah satu impian saya. Cita cita masa depan saya adalah Justruini kesempatan bagimu untuk belajar menulis cerpen.”, kataku. “Iya deh, aku ikut. Untuk sekarang ini, aku tidak mau terlalu memikirkan apakah aku akan mendapat juara atau pun tidak. Yang penting aku ingin mencoba. Aku ingin belajar dan harus belajar.” jawab Laila. “Nah, gitu dong. Tenang saja, kawan. Puisicita citaku menjadi seorang dokter oleh. 20 contoh puisi tentang cita citaku menjadi dokter guru polisi tentara aku dan cita citaku adalah dua hal yang tak bisa dipisahkan ku tuliskan haru semangat dan tujuanku dalam beberapa puisi tentang cita citaku meraih impian dan mimpiku. Contoh Cerpen Tentang Cita Cita Menjadi Dokter Coretan . Airmataku sudah tertahan di pelupuk mata. Satu kedipan saja Ia akan meluncur dengan mulusnya ke pipiku. Ku tundukkan kepalaku. Aku tak ingin Ibu tahu Aku menangis. Aku tak ingin Ibu sedih. " Hilangkan cita-cita itu dari kepalamu Sekar. Ibu ini hanya penjual kue yang harganya 500 rupiah per biji. CakAji bercerita kepada kami semua tentang kisah - kisah inspiratif kepada kami semua dan para guru juga ikut menyaksikan cerita dari anak didiknya masa dulu tersebut. Cak Aji adalah orang yang hebat kalau menututku, ia terlahir dari keluarga yang kurang mamapu ia bisa menjadi sang motivator dan ia juga masih menjalani pendidikan di Oxford Citacitaku Ingin Menjadi Guru. Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash. Hai nama sara salamuk saya bercita-cita ingin jadi seorang guru, mungking cita- cita tidak sama dengan orang lain. Banyak orang yang ingin memiliki profesi dan . Cerpen Karangan Nisrina KamiliyaKategori Cerpen Anak Lolos moderasi pada 26 March 2016 Valeria Bella Permata atau biasa dipanggil Bella adalah siswa kelas 5 SD yang sangat pintar, dia selalu rangking 1 di kelasnya. Namun, di balik itu ia tidak punya cita-cita. Hingga ia memutuskan untuk tidak punya cita-cita selamanya. Sementara Mami Bella, Bianca merupakan guru SMA. Papi Bella, Billy merupakan pengusaha. Suatu hari Mami Bella mendapat undangan reuni dari mantan muridnya. Reuni diadakan 2 hari lagi di Hotel Mulia. Awalnya Mami ingin mengajak Papi untuk mendampinginya saat reuni nanti, namun di kantor Papi ada acara meeting di hari yang sama dengan hari reuni. Akhirnya Mami mengajak Bella. “Bella, Mami minta 2 hari lagi kamu ikut Mami ke Hotel Mulia,” Pinta Mami. “Hotel Mulia, Mi? Ngapain?” Tanya Bella. “Ada acara Reuni. Pokoknya Mami mau kamu ikut ya, sayang.” kata Mami. Dengan terpaksa, Bella pun mengangguk. 2 hari kemudian. “Bella, ayo cepetan! Gimana nanti kalau kita telat?” Teriak Mami dari luar kepada Bella yang masih di dalam rumah. “Sebentar, Mi. Masih pake sepatu, nih,” balas Bella yang berteriak juga. Bella pun segera ke luar. Mami dan Bella langsung pergi dengan mobil diantar sopirnya menuju Hotel Mulia, tempat di mana acara reuni diadakan. Sesampainya di Hotel Mulia. “Bella, sebentar lagi kamu pasti bakal ketemu sama mantan murid-murid Mami.” jelas Mami. Setelah itu mereka berdua masuk ke hotel, betapa terkejutnya Bella melihat kalau mantan murid Mami kebanyakan artis-artis TV. “Bu Bianca, masih cantik aja! Apa kabar, Bu?” Ucap beberapa mantan murid Mami kepada Mami sambil mengerumuninya. “Wah, ini anaknya Bu Bianca yang dulu masih bayi ya?” Tanya seseorang. “Iya, namanya Bella.” jawab Mami. Bella terkejut, ternyata orang itu adalah artis TV yang sangat terkenal, saking terkejutnya, Bella sampai lupa siapa namanya. “Loh, kakak murid Mami?” tanya Bella. “Iya sayang,” jawab artis itu. “Dulu, Mami kamu kalau ngajar sabar banget, enggak pernah bosan dengerin keluhan kakak. Apa pun yang kakak tanya, pasti dijawab,” cerita artis itu. “Wah, ternyata guru sangat berjasa. Mereka bisa didik muridnya sampai berhasil, bahkan sampai bisa jadi artis,” batin Bella. Setelah itu, semua guru dan murid bersalam-salaman. Kemudian Mami dipanggil untuk ke atas panggung, ternyata Mami mendapat hadiah ke Australia sebagai guru terbaik. Betapa terharunya Bella dan Mami. Sesampainya di rumah, Bella menceritakannya pada Papi yang baru pulang, Papi juga terharu. Keesokan harinya. Hari ini adalah hari minggu. Jadi Bella santai di tepi kolam renang belakang rumah sambil memikirkan kejadian kemarin. Ia tidak menyangka kalau jasa guru sebesar itu. “Ternyata guru itu istimewa, aku ingin dewasa nanti bisa jadi guru, kayak Mami.” gumam Bella. Kemudian Bella masuk ke kamar sambil menulis di Diarynya. “Sekarang Guru Cita-Citaku.” Cerpen Karangan Nisrina Kamiliya Facebook Nisrina Kamiliya Cerpen Sekarang Guru Cita Cita Ku merupakan cerita pendek karangan Nisrina Kamiliya, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya. "Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!" Share ke Facebook Twitter WhatsApp " Baca Juga Cerpen Lainnya! " Gajah Yang Jujur Oleh Natasha Claudia Di negeri gajah, hiduplah sepasang gajah. Gajah itu bernama Arine dan Ronald. Dari hubungan Arine dan Ronald, lahirlah dua ekor gajah. Gajah itu bernama si Elie. Elie mempunyai seorang Selalu Kompak! Oleh Salsa Nurul Aisyah Aku dan kak sony saudara kembarku selalu kompak! itulah yang selalu orang lain katakan padaku dan kak sony, sehingga pernah terjadi kekompakan yang paling berkesan buat kita berdua. Gini Maaf Oleh Sovia Fatikah Craftista Pada satu hari di SMP NEGERI 1 SEMARANG ada seorang murid yang bernama Reina. Reina sekarang ini duduk di bangku kelas 8, Reina adalah salah satu murid yang berprestasi Kuis Pak Guru Oleh Nafy N. Sudah menjadi kebiasaan Pak Rachmat untuk memberikan kuis pada murid-muridnya di setiap pelajarannya. Mereka amat senang bermain kuis. Terutama Erin, sang juara kelas. “Siapakah Presiden Republik Indonesia yang ke-3?” Jagalah Pola Makan Sehatmu Part 1 Oleh Atha Shinta Putri Wijaya Di pagi hari yang cerah Kukuruyuk… Kukuruyuk…, suara ayam berkokok sudah mulai terdengar. Saatnya kenanga bangun pagi, sinar surya yang berwarna keemasan telah kembali menyinari bumi, udara terasa sejuk “Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?” "Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan loh, bagaimana dengan kamu?" Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Kisah ini berawal pada masa saya waktu pertama masuk sekolah MTsN Lambalek, waktu pertama kali saya mendaftar di MTsN Lambalek saya bertemu dengan Buk Olivia beliau sangat ramah dan baik hati saya pun sangat mengagumi sosok buk Olivia saya selesai mendaftar kemudian saya duduk sejenak di dekat kantor kepala sekolah lalu tiba-tiba saya di samperin sama buk olivia dengan perasaan sangat bahagia lalu beliau menanyakan kepada saya "Rahmad cita-citanya mau jadi apa?" kemudian sayapun menjawab pertanyaan beliau"Mau jadi orang sukses dan bisa membahagiakan kedua orang tua buk" Lalu beliau tersenyum, buk olivia juga memotivasi saya dan juga bercerita tentang masa lalu perjuangan beliau untuk menjadi orang sukses, pada sejak itulah saya sangat mengagumi beliau bahkan sangat mengidolakan beliau sampai saat sekarang ini. Setelah saya mendengar cerita perjuangan buk olivia saya semakin bersemangat dalam menempuh pendidikan karena saya teringat dengan perkataan buk olivia, "jika kamu ingin sukses maka jangan pernah menyerah dalam menggapai cita-citamu". Lihat Cerpen Selengkapnya Pak Oes oes adalah panggilan akrabnya. Dia sudah menjadi guru sejak dibangku kuliah. Saat mengajar pak Oes juga aktif dalam organisasi mahasiswa yang sering demo dan turun ke Jalan. Pak Oes juga senang sekali belajar filsafat dan sejarah-sejarah. Pernah sekali aku bertanya pada Pak Oes tentang mengapa kegemaranya berfisalat dan membaca buku-buku social terumta sejarah, pak Oes menjawab, “melalui filsafat saya mencoba memahami kuasa tuhan, melalui ilmu social saya mencoba memahami masalah manusia.” Jawaban yang membuat ku berpikir kelas saat itu. Saat itu Saya adalah murid Pak Oes di kelas tiga di salah satu SD pinggiran Jakarta. Dalam mengajar sekali kali Pak Oes melontarkan pertanyaan yang cukup lucu bagi ku dan teman-teman ku. Suatu ketika Pak Oes menanyakan pada kami “anak-anak, disini siapa yang pernahh berpikir kenapa kalian hidup”, tanya pak Oes. Beberapa kawan ku terdiam sejak sebelum Alifah mengangkat tangannya dan berkata, “Saya pernah pak”. “Lalu, apa yang kamu lakukan”, kata Pak Oes. “Karena pusing dan enggak ketemu-ketemu, akhirnya saya lupain aja pertanyaan itu. Emangnya kenapa pak, bapak lagi galau?”. “Enggak hanya memastika kalian punya tujuan hidup” tandasnya. Dia lain waktu pak Oes juga menceritakannya tentang kecerdasan yang mirip kebodohan, dan cita-citanya dimasa kecil. Suatu pagi pak Oes bertanya kepad kami, “Anak-anak, siapa di sini yang punya cita-cita dan apa cita-citanya?”. Sontak kelas menjadi ramai dan bising. Ada yang menyeletuk ingin menjadi pilot, dokter, polisi, tantara dan lain-lain, bahkan ada punya empat cita-cita seperti Ucup. “Pak, saya mau jadi polisi, tapi kalau gak bisa saya mau jadi tantara, kalau gak bisa juga saya jadi guru, dan kalau masih gak bisa juga saya akan menjadi diri sendiri”. Terdiam sejenak Pak Oes, “yang baiknya juga jadi diri sendiri”. “kalian tahu dulu waktu usia saya seumur kalian, apa cita-cita saya?” tanya pak Oes. Sebagian meletuk dengan kecepatan suara, pilot, polisi, tantara, presiden, guru dan lainnya hingga ku lupa, hamper semua teman ku menebak cita-cita Pak Oes. Sambil mendengarkan tebakan teman-teman ku Pak Oes menggelengkan kepala dengan nada khasnya, “eeeemmm, bukan”. Sampai kami sebut profesi yang kami ketahui. “Ini adalah rahasia besar dalam hidup bapak, tapi jangan ada yang beri tahun yang lain, takutnya yang lain nanti ikut-ikutan” raut wajahnya menjadi tegang dan seketika kelas menjadi seyam ingin mendengar perkataan Pak Oes yang mulai memelan. Sambil menuju ketengah Pak Oes mengulangi kata-katanya, “jangan ada yang tahu selain kita bisa?”. Secara reflek teman-teman ku menganggukan kepalanya tanpa disadari menadakan mereka setuju. “Cita-cita saya adalah menjadi power renger merah” kata Pak Oes. Sontak semua kelas tertawa terbahak-bahak, hingga Ferdi kepalannya terbentuk ke mejanya saat itu. “Ya, memang benar saya sampai mengumpulkan jam tangan dan tempat minum yang mirip remot perubah diri power ranger, dan berharap jika saya tekan maka saya akan menajadi renger merah dan punya mobil yang bisa jadi robot” tandas Pak Oes denganwajah seriusnya. Pak Oes juga bercerita, bahwa gurunya pernah terheran-heran pada dirinya. Di suatu pagi kelas yang seperti biasaya, setelah Nadia memimpin barisan dan wulan memeriksa kuku, kami berdoa. Kurang lebih kami menunggu Pak Oes lima menit. Pak Oes mungkin guru yang agak rajin disbanding gur-guru kelas sebelah yang 20 menit setelah kami berlajar mereka baru berdoa. Pak Oes sering bilang pada kami, ketika mendengar keributan di kelas sebelah, “anak-anak jangan kita punya mental anjing herder. Sifat anjing itu penutur, tapi jika ada tuannya. Jika gak ada tuanya mereka menggong-gong semua orang lewat. Kalian disiplin dan rajin jangan karena takut sama saya, jika tak mau selevel dengan anjing herder tadi”. Lanjut kecerita di pagi itu. Banyak teman-teman ku termasuk aku, sangat takut mengungkapkan pendapatnya kepada guru, karena takut dari kesalahan hingga Pak Oes mencerita kisah yang baru di alami. “saya punya teman Namanya Wandi. Temannya saya ini tak lebih pintar dari saya soal pelajaran. Kadang dia suka nanya ke saya. Pada suatu hari di saat pelajaran PKn di kelas dan dosen guru saat ini terkenal galak dan super ribet. Dosen itu memberikan 10 soal pada hari ini dan harus selesai dalam waktu 30 menit. Setelah 30 menit dosen ini memeriksa hasil jawaban para mahasiswa termasuk saya. Setelah di periksa nama saya di panggil kedepan. Oes, apa-apan ini kamu cuma bener satu soal, kamu mikir gak si?’, kata ibu dosen. Mikir bu’, saya menjawab muka saya takut dan panik. Tak lama bu dosen itu kembali berterika Wandi Maju ke depan, apa-apan kamu masa jawaban kamu salah semua’. saya hanya mengamalkan apa yang ibu ajarkan’, balas wandi dengan muka santai. Memang saya ajarkan apa’, bertanya ibu dosen pada Wandi. ibu bilang belajarlah dari kesalahan, maka hari ini saya jawab semua soal dengan salah, agar saya mendapat banyak pelajaran dari ini, ibu juga bilang kalau gak salah gak belajar’, jawab Wandi dengan tenang. Sontak saya dan satu kelas tertawa”, begitu cerita pak Oes untuk memotivasi kami. Kini aku sudah masuk ke salah satu Universitas di Jakarta Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Aku coba ingat-ingat setiap kata dari Pak Oes tentang cita-cita. Pak Oes juga pernah cerita tentang John Lock yang menjadi landasan Pendidikan. Aku mulai menyadari, sesungguhnya cita-cita kita adalah refleksi dari lingkungan tempat kita berada. Setelah mau jadi Power ranger, Pak Oes ingin jadi Tsubatsa, lalu ingin jadi Bajak laut dan lain-lain. Cita-cita itu harus menyenangkan, cita-cita bukan profesi tapi sesuatu yang jauh hingga tak dapat terwujud namun terus kita terwujud. Hakikat cita-cita pak Oes adalah hidup Bahagia, memberantas kejahatan dan menikmati hidup dengan yang kita senangi. Ku dengar Pak Oes sudah diangkat jadi PNS karena lolos tes, semoga kelak aku bertemu dengannya. Kampung rambutan 15 Januari 2020 Cerpen Karangan Cok MasKategori Cerpen Anak Lolos moderasi pada 1 March 2018 Aku bercita cita menjadi seorang dokter. Saat ada orang yang sakit aku akan mengobatinya sampai sembuh. Kalau ada orang yang tidak punya uang untuk berobat tetap akan kuobati. Karena kesehatan itu sangatlah mahal. Saat di sekolah pak guru menanyakan cita cita ada yang ingin menjadi penari, pilot, pengacara, pemain bola dan lain lainnya. Ketika ditanyakan cita cita oleh pak guru aku menjawab “Pak saya ingin menjadi dokter” pak guru menjawab “cita cita yang bagus sekali nak”. Aku pun dipuji oleh pak guru. Saat adikku sakit demam tinggi. Aku pun merasa khawatir. Lalu aku ingat aku pernah membaca buku berisi cara menurunkan demam. Lalu aku segera mengambil haduk yang sudah dimasukan ke air hangat lalu meletakannya di kepala adikku. Di hari berikutnya adikku bebas dari demam tinggi. Dan aku pun disebut “Si dokter cilik” Cerpen Karangan Cok Mas Nama Cokorda Istri Mas Cintya Zagita Asal Bali Kelas 3 Sekolah Sekolah Dasar Negeri 2 Blahbatuh, Gianyar, Bali. Cerpen Cita Citaku Yang Mulia merupakan cerita pendek karangan Cok Mas, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya. "Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!" Share ke Facebook Twitter WhatsApp " Baca Juga Cerpen Lainnya! " Merindukan Sahabatku Oleh Chelsea Kurniadinata Jaozan Aku menatap ke seliling taman, mengingat dimana aku dan sahabatku, bermain disini bersama-sama, Sahabatku yang bernama Ira, Telah pindah ke bandung, sementara, aku tetap di Kalimantan Utara, walaupun kami Suprise! Oleh Baiq Aisya Junia Padma Aku memandang arlojiku berulang-ulang kali. Nihil. Tak ada satu pun ucapan yang diberikan kepadaku. Ohya, hei! Namaku Aisya Junia! Panggil saja Aisya. Aku kesal sekali. Jelas! Rasanya aku ingin Vegetable Island Oleh Riska Safira “Aaaaa!!” jerit Lynzy kesakitan dan meniup-niup sikunya yang terluka. “Stttt… sekarang kita ada di mana?” tanyaku melihat sekitarnya. Aku menarik tangan Lynzy masuk ke dalam semak-semak. “Kita di mana Kencoran Squad Oleh Rurry Septantri Suatu hari di sekolah, Praaya, Ridho, Farel, Nada dan aku telah mengambil bekalnya masing-masing. Dan mereka pun pergi ke aula untuk makan bersama. “oi! kalian inget gak, hari ini Rilva Si Putri Duyung, Folly Si Peri, Arma Si Putri Oleh Naira Khansa Nabila hari ini, 3 sahabat akan menginap di salah satu rumah teman mereka. karena mereka mempunyai rahasia besar. nama ketiga sahabat itu, Rilva Adma Media Rilva, Follysha Kurnia Syiha Folly, “Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?” "Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan loh, bagaimana dengan kamu?" By DiyantiDimas namanya, seorang anak yang berumur 10 tahun, memiliki empat orang kakak dan dibesarkan oleh kedua orang tua dengan keadaan yang sederhana. Ayahnya bekerja sebagai buruh bangunan, sedangkan ibunya hanya ibu rumah tangga yang mengurusi kelima keadaan ekonomi yang kurang mampu ayahnya tetap bertekat untuk menyekolahkan semua anaknya, minimal bisa lulus sendiri masih duduk di kelas lima SD, kakak pertama dan keduanya sudah bekerja di pabrik, sedangkan kakak ketiganya duduk di bangku SMA sebentar lagi lulus, lalu kakak keempatnya masih kelas delapan kecil, Dimas diajarkan untuk berhemat, rajin belajar supaya lulus dengan nilai yang memuaskan dan mendapatkan pekerjaan lumayan layak seperti kedua kakaknya. Setidaknya kedua kakaknya bekerja di pabrik bukan buruh bangunan seperti ayahnya. Sehingga bisa membantu perekonomian Dimas agak berbeda dengan keempat saudaranya. Pada usia dua tahun saja ia sudah bisa berbicara lancar. Pada usia empat tahun sudah banyak kosakata yang Dimas pahami. Dan ketika baru sekolah di kelas satu SD, Dimas sudah bisa membaca tanpa memang anak yang pintar, dia cepat memahami apa yang diajarkan oleh guru, orang tua, saudara-saudaranya, teman-teman maupun orang-orang di lingkungan sekitar. Sering kali ia bertanya apapun yang belum ia pahami. Contohnya ketika Dimas berumur lima tahun, ia bertanya setelah melihat ayahnya menyelesaikan sholat.“Tuhan itu seperti apa? Apa waktu sholat, Ayah lihat Tuhan?”Mendapatkan pertanyaan demikian, sang Ayah pun kelimpungan menjawab. Ibunya juga takut menjawab, takut salah, sedangkan keempat saudaranya juga tidak tau jawaban yang tepat. Pada akhirnya Ayah mengajak Dimas untuk bertemu dengan guru ngaji yang berjarak beberapa meter dari rumah sang guru ngaji bisa menjawab pertanyaan bocah lima tahun tersebut, walau Dimas terus-terusan bertanya yang belum ia pahami. Sejak itulah Dimas mulai belajar mengaji. Dia belajar huruf Arab dan cara membacanya jika di sambung-sambungkan. Dimas juga belajar tata cara sholat, doa-doa dan pengetahuan lainnya tentang agama, Dimas pun belajar ilmu umum di sekolah. Ia belajar matematika, belajar sejarah Indonesia dan belajar ilmu pengetahuan lainnya. Dan dari sekolah itulah Dimas tau tentang itu Dimas masih kelas satu, harus maju satu persatu untuk memperkenalkan diri. Tiba giliran Dimas, ia pun maju ke depan dan menghadap teman-temannya. Seragam yang ia kenakan tidak baru seperti teman-temannya, ia hanya memakai seragam SD milik kakak keempatnya yang menurut Ibu masih bagus Bu Guru mempersilahkan Dimas memulai perkenalan. Ketika itu, Dimas merasa senang sekali bersekolah, jadi ia tidak takut maupun malu untuk maju ke depan dan memperkenalkan diri.“Dimas, cita-citanya mau jadi apa?” tanya Bu Guru setelah Dimas menyelesaikan cerita mengenai kakak-kakaknya.“Cita-cita itu apa Bu Guru?” tanya balik Dimas dengan Guru kemudian menjelaskan, cita-cita adalah impian. Impian bukan mimpi saat tidur, namun impian kerja jadi apa saat dewasa. Itulah yang Dimas pahami saat itu. Dan karena itulah Dimas diam tidak menjawab.“Jadi Dimas cita-citanya jadi apa?” tanya ulang Bu Guru. “Mau jadi dokter, guru, polisi, tentara atau yang lainnya?”Dimas tetap diam. Ayahnya bekerja sebagai buruh bangunan, berarti cita-cita Ayahnya waktu kecil adalah menjadi buruh, lalu Ibunya tidak bekerja, berarti Ibu tidak mempunyai cita-cita. Tapi teman-teman yang lain banyak yang menjawab ingin menjadi dokter, berarti nanti ketika besar teman-temannya banyak yang menjadi dokter, berarti dokter jadi banyak sekali.“Dimas?” panggil Bu pun langsung menggelengkan kepalanya, dia menatap gurunya dengan bingung. “Aku cita-citanya nggak tau jadi apa, Bu Guru. Aku nggak mau jadi ayah kerjanya buruh bangunan, aku juga nggak mau seperti ibu yang nggak kerja, aku juga nggak mau jadi dokter, teman-teman banyak yang ingin jadi dokter.”“Kalau menjadi guru?” tanya Bu Guru memberi opsi kepada Dimas. “Guru tugasnya mengajar, nah karena ada guru lah jadi ada dokter, tentara, polisi.” Bu Guru tetap menjelaskan pelan-pelan.“Bu guru dulu kecilnya cita-citanya jadi guru?” Dimas malah balik bertanya. “Memang kalau aku bilang cita-citanya jadi guru, nanti besarnya pasti jadi guru ya Bu Guru?”Bu Guru saat itu langsung paham, jika Dimas merupakan anak yang cerdas. Ia pun memberi penjelasan dengan pelan-pelan dan dengan kata-kata yang mudah dipahami. Bahwasannya cita-cita adalah impian yang ingin diraih. Ingin berarti belum pasti namun diusahakan untuk diwujudkan. Jadi belum tentu Ayahnya dulu bercita-cita menjadi buruh bangunan. Sedangkan Bu Guru bilang jika cita-citanya saat kecil adalah menjadi guru, namun Bu Guru memberitau bahwa ketika besar atau dewasa banyak sekali masalah atau rintangan yang menghadang untuk mewujudkan cita-cita. Rintangan yang menghadang, contohnya tidak punya uang, berhenti sekolah dan banyak lagi. Bu Guru bilang bahwa Dimas akan memahaminya nanti, jadi Dimas tidak banyak bertanya walau kurang paham pada saat itu. Bu Guru bilang kalau dia akan memahaminya nanti. Nanti berarti Dimas pasti akan sekarang Dimas sudah berusia 10 tahun. Ia sudah lebih banyak mempelajari suatu hal. Misalkan tentang agama, Dimas sudah lancar mengaji dan pernah khatam sekali. Dia juga semakin tau apa itu pahala dan dosa. Sedangkan di sekolah, Dimas menjadi siswa terpintar di kelasnya. Ia selalu menduduki peringkat pertama mengungguli teman-temannya yang itu Dimas juga mulai paham tentang cita-cita. Ia bertekat ingin menjadi orang yang sukses, entah dalam pekerjaan apa Dimas belum bisa menentukan. Orang yang sukses berarti harus bisa sekolah dan banyak Dimas juga mulai memahami mengenai masalah dan rintangan yang menghadang seperti yang dikatakan Bu Guru beberapa tahun yang lalu. Pengalaman dan keadaan menghantarkan Dimas untuk tau masalah atau rintangan yang menghadang.“Keadaan sekarang semakin sulit, Ayah sudah tidak bekerja lagi sedangkan Santi sudah di pecat, tinggal Bima yang diandalkan, gimana kita bisa bayar uang sekolah Deni, Evi sama Dimas?” Ibu mengeluh di ruang tamu, di depan sang Ayah yang tampak frustasi dengan keadaan yang semakin berpikir jika anak-anaknya sudah tertidur, namun nyatanya Dimas sedang berdiri di balik tembok, awalnya tidak sengaja mendengar pembicaraan kedua orang tuanya.“Nanti pasti bisa melunasi uang sekolah anak-anak.” Ayah berkata. Cara untuk menghibur diri dari himpitan kesusahan, selalu percaya bahwa hari esok akan baik-baik saja.“Uang dari mana?” Ibu bertanya terdiam di tempatnya. Apakah dia akan putus sekolah dan tidak bisa mewujudkan cita-citanya yang ingin menjadi orang sukses? Anak usia 10 tahun itu termenung di tempatnya berdiri. Ibu sedang menangis, terisak pilu. Ayah memegang kepalanya terasa pusing. Lalu Dimas?Anak itu sedang berpikir keras untuk mengorek kembali ingatan tentang ucapan guru ngajinya.“Tuhan akan selalu menolong hamba-Nya yang sedang kesusahan.”Benar. Itulah yang diperlukan Dimas sekarang, yaitu berkeluh kesah kepada Tuhan. Pasti Tuhan akan mendengar dan akan segera menolong keadaan pelik yang menimpa mereka.[Tamat]

cerpen tentang cita cita menjadi guru